Wednesday 11 November 2009

paraf = dipenjara? emangnya maling??

saya: nanti paraf sini ya mas
asisten saya: paraf? wah nanti saya dipenjara donk! (nyolot)
saya: ...??

...

asisten saya (sebut saja ARM) bertugas bantu2 RM (saya) khususnya dalam hal yang bersifat teknis administrasi, misalnya bikin surat, filing dokumen, etc.
saya gak tau gimana aturan yg sebenernya, tapi umumnya setiap ada dokumen ato surat, orang yg membuat dokumen / surat itu harus ikut paraf disitu.
misalnya ada ARM bikin surat pemberitahuan ke debitur, ato ARM bikin memo ke manager, dsb, yg kesemuanya itu pastinya atas perintah RM, si ARM itu normally ikut paraf disitu (selain para RM, TL, dan manager yg pastinya ikut paraf & tandatangan juga ya).
sebenernya tidak ada urgensi hukum bagi para ARM untuk ikut paraf di suatu surat / dokumen, secara tanda tangan mereka juga gak ada di spesimen tandatangan pejabat bank.
jadi kenapa ARM sebaiknya ikut paraf dan kenapa juga conversation diatas bisa terjadi?
well, pertama, kenapa ARM sebaiknya ikut paraf: supaya ada pertanggungjawaban atas hasil kerja ARM, even if itu cuma sebatas tanggung jawab teknis redaksional.(karena tanggung jawab terhadap isi surat / dokumen pasti merupakan tanggung jawab pejabat bank a.k.a officer, manager, dsb).
trus kenapa conversation aneh diatas bisa terjadi? karena ARM merasa yg tertera di job descnya hanyalah "membantu RM", jadi dia merasa bahwa dia hanya perlu membantu, jadi tukang ketik, udah. dia tidak mau mempertanggungjawabkan hasil kerjanya ke siapapun.

saya bingung deh.
1. ok, memang banyak cerita tentang kredit bermasalah dan tentang bagaimana susahnya menjadi pejabat bank yg kebetulan kredit yg dia kasih / kelola itu bermasalah a.k.a macet. dia bisa dipenjara. bisa karena memang terlibat, bisa juga karena lalai, ato tertipu. yah banyak faktor. intinya pejabat bank yg kreditnya bermasalah, ancamannya pidana. dan kita diperlakukan seperti maling yg sudah merugikan negara.
2. ok, jobdesc ARM hanya membantu. tapi tanpa adanya paraf, berarti tidak ada rasa tanggung jawab dari ARM tsb atas hasil kerjanya. padahal yg dimaksud dengan "membantu" yg tertera di jobdesc tentunya adalah "membantu yg bisa dipertanggungjawabkan". at least, kalo ada salah-salah ketik ato salah redaksional, ato salah yg agak fatal misalnya salah ketik angka (ini beneran pernah terjadi lho, ARM salah ketik angka, dan RM juga luput dalam memeriksa, akhirnya terjadi selisih transaksi, debitur komplain, untung masih bisa dibenerin) maka -bila ada paraf di surat / dokumen itu, kita jadi tau kepada siapakita harus bertanya.
3. toh tandatangan ARM juga gak ada di specimen ttd pejabat bank, dan paraf kan tidak punya kekuatan hukum apapun.
4. lagipula kita bukan maling, plis jangan bilang kalo ikut paraf berarti akan dipenjara donk. itu kebangetan.

beneran deh, kerja disini ini sangat hi-risk tapi low return. bayangin ya, saya mengelola kredit pada perusahaan segmen commercial dengan limit ratusan milyar, tapi gaji saya cuma Rp. 4,5 juta, itupun dengan ancaman dipanggil pemeriksaan audit, kejaksaan, dsb dst, serta ancaman tuntutan pidana yang tinggi bila terjadi apa2.
jadi kalo misalnya debitur saya macet (naudzubillahimindzalik, amit2, jangan sampe deh) paling2 perusahaannya dipailitkan, aset perusahaan disita semua (catet ya: aset perusahaan, bukan aset pribadi). udah gitu aja. orangnya bebas lepas. RMnya? diperiksa ini itu, dituduh kerjasama dg debitur, dituntut pidana krn merugikan negara, and many mooore....
kenapa bisa sekejam itu risikonya? karena saya bekerja di bank milik pemerintah. dan hingga saat ini masih dianggap aset milik bank pemerintah = aset milik negara.
jadi kalo ada kredit macet, berarti bank nya rugi, itu dianggap merugikan negara.
dan merugikan negara = korupsi.
bagus ya? padahal dulu saya kekeuh pengen kerja disini justru karena ini bank pemerintah, jadi saya bisa yakini keuntungan dari hasil kerja saya akan masuk ke pemerintah, dan digunakan untuk kepentingan negara / rakyat Indonesia. nasionalis banget lah pokonya.
ternyata sekarang justru label "pemerintah" ini yg jadi bayang2 seram di tengah tekanan kerja & target yg semakin tinggi.

ya Allah Tuhanku, tolong lindungilah aku & keluargaku serta orang2 ku cintai selalu. jauhkan kami dari hal-hal yang buruk. amin.

satu pertanyaan saya ya: kita yg di bank, kerja baik2 gak pernah korupsi, tapi tetep diperiksa habis2an dan dicari2 kesalahannya (khususnya kalo ada masalah kredit macet ya). gimana dengan mereka yg emang jelas2 korupsi & menumpuk2 harta kekayaan dari kegiatan korupsi tsb? misalnya instansi yg suka nongkrong di pinggir jalan nerima duit cebanan dari pengendara motor/mobil yg melanggar aturan lalulintas? (nerima duit cebanan aja dia mau, apalagi yg milyaran). dan masih banyak lagi instansi yg lainnya, yg korupsinya jelas di depan mata kita & jadi pemandangan sehari2. kok sepertinya mereka kebal hukum ya?
sebenernya kayak apa sih sistem hukum di negara kita ini? bingung saya...

No comments: