Friday 28 September 2012

Ketika Teringat..

Barusan baca cerita *fiksi sih* tentang kehidupan anak jalanan yang susah cari makan.. Ceritanya klasik banget, anak jalanan kakak adik yang udah ga punya orang tua, trus susah cari makan, dan akhirnya mereka meninggal. Tapi walopun klasik dan udah sering banget denger kisah sejenis, tetep aja saya sedih bacanya :'(

Saya ada juga sih, kejadian yang nggak terlupakan sampai sekarang. Sedih.

Peristiwanya terjadi waktu saya masih SMP. Kala itu, saya masih anak ABG yang belagu, sombong, and many more.. (yah maklum lah kan masih kecil, belum dewasa *pembelaan diri* hehe)
Saya tinggal di kota besar di Jawa bersama kakak, sedangkan orang tua kami tinggal di pulau Sumbawa -karena tuntutan pekerjaan.
Seperti biasa, liburan sekolah selalu saya habiskan di rumah ortu, di Sumbawa. Untuk kesana sebenarnya bisa naik pesawat, tapi pesawatnya hanya ada seminggu sekali -atau dua kali- dan itu pun harus transit di Bali dan Lombok dulu.
Kalau malas naik pesawat, atau pengen kesana setiap saat -ga pake nunggu hari yang ada penerbangannya- kita juga bisa menempuh perjalanan darat -naik bus- selama 46-48 jam dengan 3x nyebrang, yaitu penyeberangan jawa - bali, bali - lombok, dan lombok - sumbawa.
Saya pernah sendirian melakukan perjalanan naik Bus. Sebenarnya busnya lumayan enak, keneknya juga baik, tapi dulu saya tetep aja banyak mengeluh.. Mulai dari berangkatnya yang terlambat dari jadwal, ACnya terlalu dingin, musiknya ga enak, makanan ga sesuai selera, toilet ga nyaman, and many more.. Kalo diinget-inget lagi, saya jadi malu sendiri karena dulu sudah menjadi orang yang sangat tidak bersyukur.

Nah tentang makanan, kalo tidak salah, dari bus dapat fasilitas makan 3x sehari, yaitu 2x pakai kardus (nasi dalam kardus gitu maksudnya, bukan nasi dari kardus), dan 1x makan di "restoran". Kalo saya bilang restoran, jangan bayangkan restoran yang mewah dan kita bisa pilih menu apa aja ya! Restorannya sederhana, trus ngantri banget karena penumpang busnya ada banyak, dan menunya pun terbatas. Ini menambah daftar keluhan saya.

Makan di restoran, saya ngeluh. Makan pakai kardus apalagi, hampir tidak pernah saya sentuh.
Di salah satu perjalanan, kebetulan kursi di belakang saya ditempati satu keluarga beranak 2 -masih kecil2. Mereka berempat (Bapak, ibu, dan 2 orang anak kecil) menempati 2 kursi saja. Pasti tidak nyaman donk ya. Ibunya duduk di lantai antara kursi saya dan kursi mereka. Kemungkinan besar mereka hanya beli 2 tiket saja.
Berisik dan kumuh. Itu kesan yang saya rasakan terhadap mereka saat itu.
Saat makan malam dibagikan, berupa nasi kardus, saya tidak menyentuhnya sama sekali, langsung saya taruh di bawah kursi, mungkin sempat tersenggol atau bahkan kardusnya sedikit terinjak kaki saya. Kemudian sang ibu bertanya pada saya, "Mbak ini makanannya nggak dimakan? Buat saya saja ya?". Spontan saya mengangguk. Dan ternyata benar dia mengambil makanan itu lalu memakannya bersama anak-anaknya. Mereka terlihat senang sekali.
Rupanya keluarga itu hanya mendapat jatah makanan untuk 2 orang, sedangkan mereka berempat, dan mungkin mereka tidak mampu membeli makan di luar bus untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Seketika itu juga saya merasa sangat malu.
Malunya terasa sampai sekarang. Terlebih lagi, seandainya saat itu saya sudah sedewasa sekarang, tentu saya akan memberi makanan-makanan pada mereka dengan jumlah dan cara yang lebih pantas.
Tapi sudahlah, tak ada gunanya berandai-andai. Yang penting ke depannya, mari kita meningkatkan kepekaan kita, dan juga kesyukuran kita, agar peristiwa serupa tidak terulang lagi :')